Masyarakat
Flores dan Lembata banyak yang tidak pernah melihat dan mengenal bentuk dari
hewan gajah itu sendiri. Sejak dari nenek moyang hingga kini hanya sebuah cerita
tentang hewan gajah dan sedikit orang yang dapat melihat hewan gaja jika pergi ke
luar daerah yang lain maka ia baru akan tahu jenis hewan ini. Itu berarti di
daratan Flores dan Lembata hewan ini tidak pernah hidup dan berkembang biak
ditempat ini. Ini menjadi hal yang luar bisa karena, gading gaja dijadikan sebagai alat
mas kawin/belis untuk meminang
seorang gadis yang akan dijadikan istri.
Dalam
cerita sejarah masyarakat Lamaholot,
gading gaja dibawah oleh para penjajah
dari Afrika dan dijadikan alat tukar berupa bahan rempah-rempah di daerah Flores dan Lembata. Pada akhirnya pohon cendana yang menjadi
kebanggaan hanya akan jadi sebuah cerita bagi masyarakat setempat. Para Penjajah mengambil hasil cendana mulai
dari batang sampai akar untuk dibawah keluar daerah untuk diperdagangkan dengan
harga yang mahal. Pada akhirnya tanah
subur yang ditumbuhi pohon cendana kini hanya sebuah cerita miuntuk daerahnya.
Dengan
tipu daya para penjajah memanfaatkan
hasil cendana untuk ditukarkan dengan gading gajah ibarat sebuah barang
istimewah saat itu. Itulah kelebihan para penjajah memanfaatkan kelemahan masyarakat
setempat, ibarat sekarung emas
ditukarkan dengan sekarung uang. Dengan
memanfaatkan kelemahan masyarakat saat itu gading dianggap sebagai barang berharga
yang istimewah. Dan akhirnya gading gaja menjadi barang yang istimewa bagi
masyrakat Flores dan Lembata. Masyarakat
menganggap gading barang berharga maka, dijadikan
sebagai mas kawin/belis bagi kaum wanita
yang akan menikah. Karena gading ini dianggap sebagai barang langkah dan juga
menjadi alat untuk belis seorang wanita maka harganyapun menjadi mahal.
Masyarakat
Lamaholot merasa bahwa gading ini barang langkah dan susah didapat maka, masyarakat
putuskan untuk dijadikan sebagai alat mas kawin/belis bagi kaum wanita. Aturan
adat Lamaholot diberlakukan dan disepakati gading gajah menjadi alat untuk
belis bagi kaum wanita di Flores dan Lembata.
Aturan adat Lamaholot inipun pada
akirnya diwariskat pada anak cucunya hingga kini.
Namun
sebenarnya ini hanya tipu daya para
penjajah bagi masyrakat karena gading hanya sebuah taring dari hewan gajah yang
tidak ada nilai berarti bagi para
penjajah dalam siasat untuk menipu masyarakat.
Hal ini bagi generasi muda menganggap bahwa, gading merupkan suatu hal yang tidak bermanfaat lagi karena, untuk apa gading ini disimpan bukannya uang yang harus disimpan. Hanya masyarkat lamaholot saja yang dapat menggunakannya masyarakat yang lainkan tidak ada artinya sama sekali. Ini pendapat dari generasi muda yang tidak memahami akan nilai adat dan budaya Lamaholot yang semakin terkikis akan perubahan jaman. Namun dengan adanya adat dan budaya maka, kehidupan sosial dapat mempengaruhi perilaku hidup sosial dalam sebuah suku yang saling berkaitan.
Kehidupan
adat dan Budaya Lamaholot apabila sebuah suku memiliki gading maka orang akan merasa kehidupan sosialnya lebih berarti
dibandingkan orang yang memiliki harta yang berlimpah karena tidak ada pengaruh
dalam kehidupan sosial. Karena itu gading gajah sangatlah mahal untuk adat dan
budaya Lamaholot.
Kehidupan
sosial budaya masyarakat Lamaholot
sangatlah rukun, saling menghormati dan menghargai satu dengan
yang lain tanpa membedakan suku, agama
maupun staus sosial. Seorang
wanita dihormati dan dihargai sebagai orang yang lemah,
untuk itu perilu dihomati dan
dihargai sebagai makluk ciptaan Tuhan
yang mempunyai kedudukan sosial yang setara dengan kaum laki-laki.
Oleh
karena itu tuntutan adat yang sudah diwariskan
oleh nenek moyang sangat baik untuk dilestarikan dan dipertahankan demi
penyetarakan kaum wanita dalam kehidupan sosial
dalam budaya Lamaholot. Walaupun dengan adanya perubahan jaman hingga saat ini,
budaya Lamaholot tetap dijaga dan
dipelihara dengan baik, dan bayak hal
yang dapat disepakati mengikuti
perubahan jaman dalam menggunakan alat untuk belis namun, tidak mengurangi adat
dan budaya Lamaholot. Ini disebabkan karena gading sudah jarang ditemukan karena
berubah bentuk dalam karya seni untuk memngubanya menjadi gelang gading.
Dengan
demikian satu hal yang dianggap tidak bermanfaat namun, bagi masyarakat dalamadat
dan budaya Lamaholot merupakan barang yang istimewah. Gading gajah sebagai alat untuk mengangkat
harkat dan martabat kaum wanita Lamaholot.
Wanita dipandang sebagai sosok yang bernilai tinggi bukan untuk
dipermainkan namun sebagai pemersatu antara suku dalam adat dan budaya
Lamaholot. Gading hanyalah sebuah alat
yang dapat mengikat, sehingga kaum wanita tidak menjadi korban penindasan dalam
kehidupan sosial bermasyarakat. Dengan mahalnya gading orang tidak semena-mena
terhadap kaum wanita atau kaum yang lemah untuk dipermainkan. Dan dengan adanya aturan adat dapat mengatasi
masalah bagi kaum wanita pada adat dan budaya Lamaholot. Dengan gading sebagai
alat untuk belis maka kaum wanita mempunya nilai sosial yang tinggi yang
tinggi dalam adat dan budaya Lamaholot.
Dengan demikian kaum wanita dihormati dan dihargai sebagai makluk
ciptaan yang mempunyai harkat dan martabat yang sama. Bukan berarti dengan
adanya gading dapat membeli atau memperlakukan kaum wanita semena-mena. Apabila
ada pihak yang dirugikan berakibat pada suku bahkan nyawa menjadi taruhan. Jika
wanita diperlakukan tidak sesuai dengan
norma-norma yang ada maka akan berurusan dengan suku.
Adat
dan Budaya Lamaholot memiliki corak mempersatukan
antar suku-suku dan pribadi orang karena masyarakat Lamaholot hidup dalam kekerabatan
yang tinggi. Jika
ada masalah maka proses penyelesaian dilakukan oleh suku. Masalah dalam suku dapat
diselesai jika wanita tidak dilibatkan maka bukan penyelesaikan masalah namun,
malah sebaliknya masalah akan bertambah rumit.
Karena itu adat Lamaholot kaum
wanita sangat berperan dalam menyelesaikan suatu masalah. Peran seorang wanita
dalam suku menjadi sangat penting , karena menjadi penengah dalam menyelesaikan
masalah suku.
Sebuah
contoh jika ada pertikaian dalam sebuah suku
entah itu masalah besar atau masalah kecil maka, wanita berperan pening dalam mengatasi masalah
ini. Namun wanita jangan sampai terluka atau tergores sedikitpun. Jika hal ini terjadi maka akan ada masalah baru
bahkan nyawa menjadi taruhan dalam
menyelesaikan masalah seperti ini.
Inilah
budaya Lamaholot wanita adalah pelindung bukan diperjual belikan dengan
sebatang gading namun wanita menjadi sosok bernilai sosial tinggi dan wanita dihormati dan dihargai setara
dengan harkat dan martabat sebagai makluk ciptaan Tuhan.
Slmat malam Kaka, sya Shelly cucunya Opa Patal Wawin dgn Nene Anna Bola Lejap. Trima kasih Kka sda post cerita ini, dan juga foto2nya. Sehingga saya bisa lihat foto Nene Anna. Kaka, kalo masih ada fotonya Nene Anna, sya boleh mnta kha Kaka. Terima kasih sebelumnya.
BalasHapus