Jumat, 29 Juli 2016

Nilai Gading Sebagai Simbol Belis Perkawinan Adat

Masyarakat Flores dan Lembata banyak yang tidak pernah melihat dan mengenal bentuk dari hewan gajah itu sendiri. Sejak dari nenek moyang hingga kini hanya sebuah cerita tentang hewan gajah dan sedikit orang yang dapat melihat hewan gaja jika pergi ke luar daerah yang lain maka ia baru akan tahu jenis hewan ini. Itu berarti di daratan Flores dan Lembata hewan ini tidak pernah hidup dan berkembang biak ditempat ini.  Ini menjadi  hal yang luar bisa  karena, gading gaja dijadikan sebagai alat mas kawin/belis  untuk meminang seorang  gadis yang akan dijadikan istri. 

http://budayaku1.blogspot.co.id/2016/07#adat-dan-budaya-lamaholot-flores/30_html
 
Dalam cerita sejarah masyarakat Lamaholot,  gading gaja dibawah oleh para penjajah  dari Afrika dan dijadikan alat tukar berupa bahan rempah-rempah  di daerah Flores dan Lembata.  Pada akhirnya pohon cendana yang menjadi kebanggaan hanya akan jadi sebuah cerita bagi masyarakat setempat.  Para Penjajah mengambil hasil cendana mulai dari batang sampai akar untuk dibawah keluar daerah untuk diperdagangkan dengan harga yang mahal.  Pada akhirnya tanah subur yang ditumbuhi pohon cendana kini hanya sebuah cerita miuntuk daerahnya.
Dengan tipu daya para penjajah  memanfaatkan hasil cendana untuk ditukarkan dengan gading gajah ibarat sebuah barang istimewah saat itu. Itulah kelebihan para penjajah memanfaatkan kelemahan masyarakat setempat,  ibarat sekarung emas ditukarkan dengan sekarung uang.  Dengan memanfaatkan kelemahan masyarakat saat itu gading dianggap sebagai barang berharga yang istimewah. Dan akhirnya gading gaja menjadi barang yang istimewa bagi masyrakat Flores dan Lembata.  Masyarakat menganggap gading barang berharga  maka, dijadikan sebagai  mas kawin/belis bagi kaum wanita yang akan menikah. Karena gading ini dianggap sebagai barang langkah dan juga menjadi alat untuk belis seorang wanita maka harganyapun menjadi mahal.  

Masyarakat Lamaholot merasa bahwa gading ini barang langkah dan susah didapat maka, masyarakat putuskan untuk dijadikan sebagai alat mas kawin/belis bagi kaum wanita. Aturan adat Lamaholot diberlakukan dan disepakati gading gajah menjadi alat untuk belis bagi kaum wanita di Flores dan Lembata.  Aturan adat Lamaholot inipun  pada akirnya diwariskat pada anak cucunya hingga kini. 
Namun sebenarnya ini hanya  tipu daya para penjajah bagi masyrakat karena gading hanya sebuah taring dari hewan gajah yang tidak ada  nilai berarti bagi para penjajah dalam siasat untuk menipu masyarakat.

Hal ini bagi generasi muda menganggap bahwa, gading merupkan suatu hal yang  tidak bermanfaat lagi karena, untuk apa gading ini disimpan bukannya uang yang harus disimpan. Hanya masyarkat lamaholot saja yang dapat menggunakannya masyarakat yang lainkan tidak ada artinya sama sekali.  Ini pendapat dari generasi muda yang tidak memahami akan nilai adat dan budaya Lamaholot yang semakin terkikis akan perubahan jaman.  Namun dengan adanya adat dan budaya  maka,  kehidupan sosial  dapat  mempengaruhi perilaku hidup  sosial dalam sebuah suku yang saling berkaitan.

Kehidupan adat dan Budaya  Lamaholot  apabila  sebuah suku memiliki  gading  maka orang  akan merasa kehidupan sosialnya lebih berarti dibandingkan orang yang memiliki harta yang berlimpah karena tidak ada pengaruh dalam kehidupan sosial. Karena itu gading gajah sangatlah mahal untuk adat dan budaya Lamaholot. 

Kehidupan sosial budaya  masyarakat Lamaholot sangatlah  rukun,  saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain tanpa membedakan suku, agama  maupun staus sosial.  Seorang wanita dihormati dan dihargai sebagai orang yang  lemah,  untuk itu perilu dihomati  dan dihargai  sebagai makluk ciptaan Tuhan yang mempunyai kedudukan sosial yang setara dengan kaum laki-laki. 

Oleh karena itu tuntutan adat  yang sudah diwariskan oleh nenek moyang sangat baik untuk dilestarikan dan dipertahankan demi penyetarakan kaum wanita dalam kehidupan sosial  dalam budaya Lamaholot. Walaupun dengan adanya  perubahan jaman hingga saat  ini,  budaya Lamaholot  tetap dijaga dan dipelihara dengan baik,  dan bayak hal yang  dapat disepakati mengikuti perubahan jaman dalam menggunakan alat untuk belis namun, tidak mengurangi adat dan budaya Lamaholot. Ini disebabkan karena gading sudah jarang ditemukan karena berubah bentuk dalam karya seni untuk memngubanya menjadi gelang  gading.

Dengan demikian satu hal yang dianggap tidak bermanfaat namun, bagi masyarakat dalamadat dan budaya Lamaholot merupakan barang yang istimewah.  Gading gajah sebagai alat untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita Lamaholot.  Wanita dipandang sebagai sosok yang bernilai tinggi bukan untuk dipermainkan namun sebagai pemersatu antara suku dalam adat dan budaya Lamaholot.  Gading hanyalah sebuah alat yang dapat mengikat, sehingga kaum wanita tidak menjadi korban penindasan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.  Dengan  mahalnya gading orang tidak semena-mena terhadap kaum wanita atau kaum yang lemah untuk dipermainkan.  Dan dengan adanya aturan adat dapat mengatasi masalah bagi kaum wanita pada adat dan budaya Lamaholot. Dengan gading sebagai alat untuk belis maka kaum wanita mempunya nilai sosial yang  tinggi yang  tinggi dalam adat dan budaya Lamaholot.   

Dengan demikian kaum wanita dihormati dan dihargai sebagai makluk ciptaan yang mempunyai harkat dan martabat yang sama. Bukan berarti dengan adanya gading dapat membeli atau memperlakukan kaum wanita semena-mena. Apabila ada pihak yang dirugikan berakibat pada suku bahkan nyawa menjadi taruhan. Jika wanita  diperlakukan tidak sesuai dengan norma-norma yang ada maka akan berurusan dengan suku.
Adat dan Budaya Lamaholot  memiliki corak mempersatukan antar suku-suku dan pribadi orang karena masyarakat Lamaholot hidup dalam kekerabatan yang  tinggi.   Jika ada masalah maka proses penyelesaian dilakukan oleh suku. Masalah dalam suku dapat diselesai jika wanita tidak dilibatkan maka bukan penyelesaikan masalah namun, malah sebaliknya masalah akan bertambah rumit.  Karena itu adat  Lamaholot kaum wanita sangat berperan dalam menyelesaikan suatu masalah. Peran seorang wanita dalam suku menjadi sangat penting , karena menjadi penengah dalam menyelesaikan masalah suku. 

http://budayaku1.blogspot.co.id/2016/07#adat-dan-budaya-lamaholot-flores/30_html

Sebuah contoh jika ada pertikaian dalam sebuah suku  entah itu masalah besar atau masalah kecil  maka, wanita berperan pening dalam mengatasi masalah ini. Namun wanita jangan sampai terluka atau tergores sedikitpun.  Jika hal ini terjadi maka akan ada masalah baru bahkan nyawa menjadi taruhan dalam  menyelesaikan masalah seperti ini.
Inilah budaya Lamaholot wanita adalah pelindung bukan diperjual belikan dengan sebatang gading namun wanita menjadi sosok bernilai sosial tinggi  dan wanita dihormati dan dihargai  setara  dengan harkat dan martabat sebagai makluk ciptaan Tuhan.






1 komentar:

  1. Slmat malam Kaka, sya Shelly cucunya Opa Patal Wawin dgn Nene Anna Bola Lejap. Trima kasih Kka sda post cerita ini, dan juga foto2nya. Sehingga saya bisa lihat foto Nene Anna. Kaka, kalo masih ada fotonya Nene Anna, sya boleh mnta kha Kaka. Terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus